Cari Blog Ini

Minggu, 22 Januari 2012

LP vertigo

1.1    DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda disekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. (www. medicastore.com)
Vertigo adalah pusing tujuh keliling, perasaan seolah-olah dunia sekeliling mengitari penderita (vertigo objektif) atau penderita sendiri berasa berputar dalam ruangan (vertigo subjektif). (Ramali, 2003)
Vertigo adalah sensasi gerakan atau putar yang sering dijelaskan sebagai perasaan kehilangan keseimbangan, yang kadang disertai mual, rasa lemas dan kebingungan mental. (Elizabeth, 2000)
Perkataan vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar. Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh Vertigo mungkin bukan hanya terdiri dari satu gejala pusing saja, melainkan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari gejala somatik (nistagmus, unstable), otonomik (pucat, peluh dingin, mual, muntah) dan pusing. Dari (http://www.kalbefarma.com).
Vertigo adalah sensasi rotasi yang pasti di mana pasien merasa seolah-olah dia atau lingkungan berputar. Sensasi sering dimulai secara spontan, yang episodik, dan bila parah, biasanya disertai dengan mual, muntah, dan jalannya sempoyongan. Gejala-gejala dari vertigo hampir selalu karena masalah dalam labirin perifer. (Medscape.com)
1.2    KLASIFIKASI
Menurut Entjep Hadjar, vertigo dibagi menjadi dua yaitu:
1.2.1    Vertigo subyektif
Vertigo yang suyektif, badannya merasa berputar, ada juga vertigo yang merupakan sensasi visual, dia seakan-akan melihat benda-benda disekelilingnya berputar, sedang badanya merasa diam
1.2.2    Vertigo objektif
Vertigo objektif adalah gejala yang kita lihat bersamaan dengan terjadinya vertigo, misalnya jalan yang sempoyongan dan gerakan mata yang disebut nistagmus.
   
    Menurut penyebabnya vertigo dibagi menjadi tiga yaitu:
1.2.1    Vertigo spontan
Dikatakan vertigo spontan, bila vertigo timbul tanpa kita memberikan rangsangan pada pasien. Terjadi karena rangsangan pada saraf vestibularnya, pengrusakan misalnya disebabkan oleh infeksi, trauma, degenerasi dll,atau penekanan misalnya oleh tumor, penekanan cairan endolimf pada penyakit meniere
1.2.2    Vertigo posisi
Dikatakan vertigo posisi bila vertigo ditimbulkan oleh perubahan posisi kepala (digerakkan atau ditndukkan). Tidak ada keluhan sakit telinga, telinga berair, ataupun tuli.


1.2.3    Vertigo kalori
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, dan vertigo ini disebut vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan sewaktu uji kalori, dan pasien mengingat-ingat serangan vertigoyang pernah dideritanya. Bila sama, maka keluhan vertigonya betul dan juga dapat diketahui kekeuatan serangannya dibandingkan dengan kekuatan vertigo kalori.

Berdasarkan saluran vestibular yang mengalami kerusakan, vertigo dibagi menjadi dua yaitu:
1.2.1     vertigo periver
Vertigo perifer terjadi jika terdapat ganguan di saluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
1.2.3    vertigo sentral
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal dalam otak, khususnya dibagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil).

Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
1.2.1     Vertigo proksimal
Yaitu vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna,tapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi.

1.2.2     Vertigo kronis
Yaitu vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut.
1.2.3 Vertigo yang serangannya mendadak/ akut, kemudian berangsur-angsur mengurang

1.3    ETIOLOGI
Peradangan telinga tengah terutama kanalis semisirkularis adalah penyebab tersering vertigo dan gangguan saraf kranialis juga dapat menyebabkan vertigo (Elisabeth, 2000)
Penyebab umum dari vertigo adalah :
1.3.1    Keadaan lingkungan
Motion sicknees (mabuk darat, mabuk laut)
1.3.2    Obat-obatan
Alcohol
Gentamisin
1.3.3    Kelainan sirkulasi
Trainsient iscemik attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler.
1.3.4    Kelainan telinga
1.3.4.1    Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam    telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxymal positional vertigo).
1.3.4.2    Infeksi telinga bagian kanan karena bakteri
1.3.4.3    Herpes zoster
1.3.4.4    Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
1.3.4.5    Peradangan saraf vestibuler
1.3.4.6    Penyakit meniere
1.3.5    Kelainan neurologis
1.3.5.1    Sclerosis multipel
1.3.5.2    Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada libirin, persarafannya atau keduanya
1.3.5.3    Tumor otak
1.3.5.4    Tumor yang menekan saraf vestibularis
(www.medicastore.com)

1.4    PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus-manerus menyampaikan implsnya ke pusat keseimbangan.
Jika fungsi alat keseimbangan tubuh diperifer atau sentral dalm kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerak yang aneh atau berlebih, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom, disamping itu respon penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadines, ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
Menurut Priguna (1999)
Susunan saraf mempunyai bagian-bagian yang mengurus soal keseimbangan  (ekuilibrum) adapun bagian itu adalah:
1.4.1    Susunan vestibular (utrikulus, ampula, dan kanalis semi sirkularis)
1.4.2    Serebelum
1.4.3    Kortek serebri dan batang otak.
Impuls-impuls keseimbangan yang disampaikan kepada sebelum dan inti vestibularis merupakan informasi yang akan diteruskan kepada pusat pola gerak volunter dan reflektorik di tingkat kortek serebri. Berdasarkan informasi tersebut gerakan dan semua sikap tubuh yang mendahuluinya. Dengan demikian stabilitas tubuh dangan bagian-bagiannya terpelihara.
Adapun 3 gerakan ynag dikendalikan dalam pemeliharaan keseimbangan tersebut adalah:
1.4.1    Gerakan volunter dari reflektorik dari kepala, leher, badan dan keempat anggota gerak.
1.4.2    Gerakan volunter dan reflektorik kedua bola mata
1.4.3    Gerakan involunter visceral
Dalam mekanisme pelaksanaan gerakan-gerakan tersebut korteks serebri merencanakan dan mengatur bangunan-banguanandi batang otak dan medulla spinalis. Dalam pengendalian viseromotorik, korteks serebri memberikan pesannya kepada inti vestibularis yang meneruskan keinti  vervus glsofaringeus dan vagus. Dari hal tersebut dapat dimengerti bahwa gangguan pada susunan vestibular mangakibatkan timbulnya :
1.4.1    Kecenderungan untuuk jatuh penyimpangan gerakan volunteer ke arah lesi.
1.4.2    Mistagmus ritmik.
1.4.3    Mual dan muntah

1.5    PATHWAYS



1.6    MANIFESTASI KLINIS
1.6.1    Tanda dan gejala vertigo :
1.6.1.1    Mual
1.6.1.2    Sering pusing berputar-putar
1.6.1.3    Muntah
1.6.1.4    Diaforesis
1.6.1.5    Tinitus pada telinga yang sakit
1.6.1.6    Rasa penuh pada teling
1.6.1.7    Tuli yang terus bertambah (progresif)
1.6.1.8    Mula-mula tinitus
1.6.1.9    Pendengaran kurang.
1.6.1.10    Kelemahan vasial tahap lanjut
1.6.1.11    Banyak berkeringat.
1.6.2     Gejala-gejala pada vertigo perifer :
1.6.2.1    Pandangan gelap.
1.6.2.2    Rasa leleh dan stamina menurun.
1.6.2.3    Jantung berdabar.
1.6.2.4    Hilang keseimbangan.
1.6.2.5    Tidak mampu berkonsentrasi.
1.6.2.6    Perasaan seperti mabuk.
1.6.2.7    Otot terasa sakit.
1.6.2.8    Mual dan muntah
1.6.2.9    Memoridan daya piker menurun
1.6.2.10    Sensatif pada cahaya terang.
1.6.2.11    Berkeringat.
1.6.3    Gejala-gejala pada vertigo sentral :
1.6.3.1    Penglihatan ganda
1.6.3.2    Sukar menelan
1.6.3.3    Kelumpuhan otot-otot wajah
1.6.3.4    Sakit kepala yang parah
1.6.3.5    Kesadaran terganggu
1.6.3.6    Tidak mampu berkata-kata
1.6.3.7    Hilang koordinasi
1.6.3.8    Mual dan muntah
1.6.3.9 Tubuh terasa lemah
1.7     KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer, Suprohaita, Wardhani dan Setiowulan (2000) :
1.7.1    Neuritis
1.7.2    Iskemia batang otak
1.7.3    Tumor

1.8    PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.8.1    Pemeriksaan mata untuk melihat nistagmus.
1.8.2    Pemeriksaan audiogram pada penyakit meniere biasanya ditemukan tuli perseptif.
1.8.3    Foto rontgen untk melihat liang telinga dalam.
1.8.4    Uji kalori untuk melihat fungsi labirin terangsang dan pada mata dapat dilihat reaksi pergerakan bola mata dalam posisi horizontal (nistagmus).
1.8.5    Pemeriksaan neurologik untuk menyingkirkan dugaan penyakit susunan saraf pusat.
1.8.6    Tes Nylen-barany membantu membedakan nistagmus posisional jinak dari penyebab sentral.
1.8.7    Elektroensefalografi mencatat aktifitas otak selama aktifitas saat episode sakit kepala.

1.9    PENATALAKSANAAN
Pengobatan vertigo yang paling baik adalah sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan bisa dari medikametosa dan atau tindak. Medikametosa berupa simtomatis, misalnya obat-obat anti vertigo, obat-obat anti muntah.
Pada fase akut penderita harus dibaringkan dan diberi Avomin 25 mg tiap 6 jam. Kalau muntah dan vertigo hebat penderita perlu dirawat di RS. Promethazine 1,25 mg IM tiap 6 jam selama 24 jam akan mengurangi muntah dan vertigo yang hebat.
Pada fase yang tenang penderita dianjurkan untuk :
1.9.1    Mengurangi minum hanya sampai 3 gelas sehari/ banyak minum.
1.9.2    Pantang garam.
1.9.3    Berhenti merokok.
1.9.4    Tidak bekerja keras
Untuk vertigo debris dilakukan tindakan khusus terapi vibrator yaitu memberikan getaran tertentu kepada kepala didaerah mastoid. Dengan getaran yang diberikan maka kotoran yang melekat diharapkan akan hancur atau lepas.
Tidakan yang lain adalah fisioterapi,misalnya fraksi leher, atau usaha lain yang dapat melatih alat vestibuler supaya kebal terhadap rangsang yang terjadi.
Bilamana pendengaran masih baik dianjurkan operasi untuk menghilangkan vertigo sambil mempertahankan pendengaran.
1.9.1    Miringotomi dan pemasangan grommet, dapat mengurangi terulangnya vertigo.
1.9.2    Dekompresi sakus endolimfatikus untuk mengurangi tekanan didalam labirin membranosa dapat menghilangkan vertigo.
1.9.3    Perusakan dengan ultra sonic terhadap labirin untuk mempertahankan kohlea telah dicoba pula tetapi tindakan ini sudah banyak ditinggalkan oleh ahli THT.

Lankah-langkah berikut dapat meringankan atau mencegah gejala vertigo :
1.9.1    tidur dengan posisi kepala yang agak tinggi.
1.9.2    bangunlah secara perlahan dan duduk terlebih dahulu sebelum kita berdiri dari tempat tidur.
1.9.3    hindari posisi membungkuk bila mengangkat barang.
1.9.4    hindari posisi mendongakkan kepala, misalnya untuk mengambil suatu benda dari ketinggian.
1.9.5    Gerakkan kepala secara hati-hati jika kepala kita dalam posisi datar (horizontal) atau bila leher dalam posisi mendongak.

1.10    ASUHAN KEPERAWATAN
1.10.1    Pengkajian
1.10.1.1    Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise, Keterbatasan gerak, Ketegangan mata, kesulitan membaca, Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala, Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.
1.10.1.2    Sirkulasi
Riwayat hypertensi, Denyutan vaskuler; misal daerah temporal, Pucat, wajah tampak kemerahan.
1.10.1.3    Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu, Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi, Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala, Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
1.10.1.4    Makanan dan cairan
Makanan yang tinggi vasorektiknya (misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain)), Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri), Penurunan berat badan.
1.10.1.5    Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala), Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke, Aura (fasialis, olfaktorius, tinitus), Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis, Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore, Perubahan pada pola bicara/pola pikir, Mudah terangsang, peka terhadap stimulus, Penurunan refleks tendon dalam, Papiledema.
1.10.1.6    Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala (misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis), Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah, Fokus menyempit, Fokus pada diri sendiri, Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah, Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
1.10.1.7    Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi, Demam (sakit kepala), Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis, Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
1.10.1.8    Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit.
1.10.1.9    Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga, Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause.
1.10.2    Diagnosa Keperawatan
1.10.2.1    Nyeri akut berhubungan dengan vasospasme.
1.10.2.2    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
1.10.2.3    Potensial cidera berhubungan dengan hilangnya keseimbangan.
1.10.2.4    Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kerentangan personal.
1.10.2.5    kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal informasi.

1.10.3    Intervensi
1.10.3.1    DX.1
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nyeri teratasi/ terkontrol, dengan kriteria hasil :
-    Pasien melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
-    Menunjukkan perilaku untuk mengurangi kekambuhan.
Intervensi :
-    Kaji keluhan nyeri dengan PQRST.
Rasional : nyeri merupakan pengalaman subyektif dan harus dijelaskan oleh pasien.
-    Observasi tanda-tanda nyeri nonverbal (ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/ meringis, menarik diri, perubahan frekuensi jantung).
Rasional : indicator/ derajat nyeri yang tidak langsung.sakit kepala mingkin bersifat akut/ kronis jadi menifestasinya fisiologis bisa muncul.
-    Anjurkan untuk istirahat dalam ruangan yang tenang.
Rasuonal : menurunkan stimulasi yang berlebih yang dapat mengurangi sakit kepala.
-    Berikan kompres dingin pada kepala.
Rasional : meningkatkan kenyamanan dengan menurunkan vasodilatasi.
-    Masase daerah kepala/ leher/ lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.
Rasional : menghilangkan ketegangan dan meningkatkan relaksasi otot.
-    Gunakan tehnik distraksi/ relaksasi untuk mengurangi nyeri.
Rasional : memberikan pesien pengendalian nyeri dan atau mengubah mekanisme sensasi nyeri dan mengubah persepsi nyeri.
-    Kolaborasi medis dengan pemberian analgetik sesai indikasi.
Rasional : penanganan sakit kepala secara umum hanya kadang-kadang bermanfaat pada sakit kepala karena gangguan vaskuler.
1.10.3.2    DX. 2
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan volume cairan adekuat dengan criteria hasil :
-    Mempertahankan volume caran adaket
-    Turgor kulit baik
-    Mukosa lembab dan TTV stabil
Intervensi :
-    Monitor tanda- tanda vital
Rasional : hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap/ efek kehilangan cairan.
-    Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional : indicator langsung dan memberikan pedoman untuk penggantian cairan.
-    Hindari dari lingkungan yang berbau.
Rasional : menurunkan rangsang pada pusat muntah.
-    Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Rasional : mempertahankan dan memperbaiki kehilangan cairan.
-    Kolaborasi medis pemberian obat antemetik sesuai indikasi (trimetobentamida, maroksin, proklampisin).
Rasional : mengontrol mual/ muntah.
1.10.3.3    DX.3
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien tidak mengalami cidera. Dengan kriteria hasil :
-    Pasien tidak mengalami cidera
-    Mengungkapkan pemahaman faktor yang menunjang kemungkinan trauma.
Intervensi :
-    Anjurkan pasien berjalan secara perlahan-lahan.
Rasional : meningkatkan koordinasi motorik.
-    Hindari cahaya untuk mencegah jatuh
Rasional : cahaya yang menyilaukan merangsan terjadinya pusing.
-    Bantu jalan untuk menghindari jatuh.
Rasional : mengurangi resiko injury.
-    Bantu pasien istirahat ditempat tidur, bantu ADL pasien sesuai kebutuhan dan pasang pengaman tempat tidur.
Rasional : mengurangi resiko injury dan menghemat energi.


1.10.3.4    DX. 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pasien dapat menggunakan mekanisme koping dirinya dengan baik. Dengan kriteria hasil :
-    Mengidentifikasi perilaku koping yang tak efektif dan akibatnya.
-    Mengungkapkan kesadaran tentang kemampuan koping yang dimiliki.
-    Mengkaji situasi saat ini dengan akurat
-    Menunjukkan perubahan gaya hidup yang diperlukan/ situasi yang tepat
Intervensi :
-    Kaji kapasitas fisiologi yang bersifat umum.
Rasional : sakit kepala dapat mengurangi kemampuan koping.
-    Diskusikan metode koping seperti pemakaian alcohol, merokok, pola makan, strategi relaksasi mental/ fisik.
Rasional : tingkah laku maladaptif mungkin digunakan untuk mengatasi nyeri yang menetap atau mungkin berperan dalam mengatasi nyeri.
-    Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian.
Rasional : menemukan kebutuhan psikologis yang meningkatkan harga diri dan kesempatan belajar dengan cara baru.
-    Sarankan pasien mengekspresikan perasaan dan diskusikan bagaimana sakit kepala itu mengganggu kesenangan.
Rasional : pasien mampu mengenali perasaan yang berhubungan dengan nyeri yang terjadi.

1.10.3.5    DX. 5
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan pasien bertambah. Dengan kriteria hasil :
-    Mengungkapkan pemahaman dan pengobatan
-    Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala kondisi
Intervensi :
-    Bantu pasien mengidentifikasi kemungkinan faktor predisposisi (stress, emosi, suhu berlebih, alergi, lingkungan).
Rasional : menghindari/ membatasi faktor yang seringkali mencegah/ kambuhnya serangan.
-    Diskusikan obat dan efek sampingnya, nilai kebutuhan menurunkan dan menghentikan pengobatan sesuai indikasi.
Rasional : pasien mungkin sangat ketergantungan obat dan tidak mengenali bentuk terapi lain.
-    Jelaskan pentingnya mengenai posisi tubuh yang normal.
Rasional : menirunkan tegangan pada otot daerah leher dan lengan dapat menghilangkan ketegangan tubuh yang berarti.
-    Anjurkan menggunakan otak dengan benar, mencintai, tertawa, tersenyum.
Rasional : pengeluaran penghilang nyeri alami (endorfin) membantu penurunan nyeri.
-    Berikan informasi tertulis/ catat petunjuk
Rasional : sumber pasien untuk merujuk pada saat kapan pasien merasa ragu-ragu mengenai latihan tertentu, diet, efek/ interaksi obat.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M.E., Moorhous, M. F., Gelislerr, A.C. (1999). Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Elizabeth, j. Cetwin. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?iddtl=25&idktg=4&UID=20060911120 923202.149.88.2.
Lumbatobing. (2000). Neurologis klinis pemeriksaan fisik. Jakarta : FKUI.
Mansjoer,A.,Suprahaita., Wardhani, W. Ika., Setiowulan,W. (2000). Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. jilid 2. Jakarta :Media Aesculapius.
Ramali, A., Pamoentjak. (2003). Kamus kedokteran. Edisi revisi. Cetakan 25. Jakarta :Djambatan.
Reeves, C. J., Roux, G., Lockhart, Robin. (2001). Keperawatan medical bedah. Edisi pertama. Jakarta : Salemba Medika.
Soepardi, E.A., Hadjat, F.,Iskandar, N. (2000). Penatalaksanaan penyakit dan kelainan telinga hidung tenggorok. Edisi kedua. Jakarta : FKUI.
http://www.medscape.com
http://www.wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar