Cari Blog Ini

Minggu, 16 Januari 2011

LP Ca Cervik

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA CERVIKS

            A. Pengertian
Ca. Cervik adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada cervik dimana jaringan ini tumbuh meluas dan biasanya ganas.
Kanker merupakan pertumbuhan baru yang ganas terdiri dari sel-sel epitelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan menimbulkan metastasis.(Dorland, 1998: 185)
Ca. Serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel pada daerah serviks uteri. (Wilson and Price, 1995: 1137)


            B. Etiologi
                        Penyebabnya yang pasti belum diketahui secara jelas. Tetapi                        terdapat beberapa faktor pendukung terjadinya Ca. Serviks antara lain:
1.      Endogen
      Berasal dari dalam tubuh, antara lain:
·         Hormon penunda kehamilan
·         Faktor genetik
2.      Eksogen
                  Berasal dari luar tubuh yang biasanya bersifat menahun dan karena adanya rangsang dan pencetus:
·         Karsinogen kimiawi, contohnya obat-obatan
·         Fisika, contohnya radiasi
·         Makanan
3.      Gaya Hidup/  adat/ kebiasaan
·         Kehidupan seksual (ganti-ganti pasangan, intercouse)
·         Tidak sirkumsisi adanya hestone yang bersifat karsinogenik
·         Kawin/ senggama pada usia muda kurang dari 17 tahun/ frekuensi banyak
·         Persalinan berulang-ulang/ banyak anak
4.      Penyakit
Peradangan Ca. Cervik yang menahun dan higiene yang kurang baik. Contoh adanya peradangan yang disebabkan oleh:
·         Streptococcus
·         Stapilococcus/ enterococcus
·         Neisseria gonorhoe
·         Clamidia tracomatis
·         Virus herpes simplek tipe 2
·         Human Papiloma Virus/ HPV
5.      Lingkungan/ geografi/ rasial
      Adanya pencemaran lingkungan yang menahun yang mengandung karsinogen. Di Lebanon wanita muslim terhindar dari resti Ca cervik, wanita Yahudi angka kejadian rendah. Di AS menunjukkan angka kejadian tinggi terutama negro dan lingkungan prostitusi. Hipotesis lain angka kejadian tinggi pada wanita yang menikah pada saat pubertas awal. Di India biasanya kawin sangat muda, angka Ca cervik tinggi (terjadi 5-10 tahun lebih awal).

  1. Patologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK)/ Squamosa Columner Junction (SCJ)
Pada awalnya metaplasia (proses pergantian epitel kolumner dan squamosa) berlangsung fisiologis. Namun dengan adanya mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia. Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi ganas.
Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di daerah Squamosa Columner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio. Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive (metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.
Tumor dapat tumbuh sebagai berikut:
-          Eksofitik, mulai dari SCJ kearah lumen vagina sebagai masa proliferasi yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis.
-          Endofitik, mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stroma serviks dan cenderung untuk mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.
-          Ulseratif, mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dan melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.
Displasia pada serviks disebut Neoplasia Servikal Intraepitelial (CIN). CIN ada tiga tingkatan yaitu:
§  CIN I     : displasia ringan, terjadi di epitel basal lapisan ketiga, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel kedua dan ketiga.
§  CIN II   : displasia sedang, perubahan ditemukan pada epitel yang lebih rendah dan pertengahan, perubahan sitoplasmik terjadi di atas sel epitel ketiga.
§  CIN III  : displasia berat, terjadi perubahan nucleus, termasuk pada semua lapis sel epitel, diferensiasi sel minimal dan karsinoma insitu.
Ca Cervik timbul antara epitel yang melapisi eksoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis servika yang di sebut squamo columner fungtion (scj). Pada wanita scj ini berada di luar ostium uteri eksternum, sedang pada wanita > 35 tahun, berada pada kanalis serviks. Pada awal perkembangannya kanker serviks tidak memberi tanda-tanda dan keluhan. Pada pemeriksaan dengan spekulum tampak sebagai porsio yang erosif (metaplasi squamosa) fisiologik/patologik.
Penyebaran
Pada umumnya secara limfigen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1.      Arah fornises dinding vagina
2.      Arah korpus uterus
3.      Arah parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rectovaginal dan kandung kemih.
Pembagian tingkatan keganasan (beradasarkan IFGO 1978)
Tingkat
Kriteria
0
I
Ia


Ib occ

Ib
II

IIa
IIb

III

IIIa

IIIb


IV


IVa

IVb
Karsinoma in situ. Membran basal masih utuh
Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
Karsinoma mikro infasif, bila membrana basalis sudah rusak dan sel tumor memesuki t\stroma > 3 mm dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe.
Secara klinis tumor belum tampak sebagai Ca, tetapi pada pemeriksaan histologik sel tumor invasif > Ia.
Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik menunjukan invasi.
Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan mejalar 2/3 bagian atas vagina dan ke parametrium tetapi belum sampai dinding panggul.
Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrasi tumor.
Penyebaran ke parametrium uni/bilateral tetapi belum sampai didinding panggul.
Penyebaran telah sampai ke 1/3 distal vagina atau parametrium dinding panggul.
Penyebaran sampai 1/3 distal vagina, parametrium tak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
Penyebaran sampai dinding panggul, tidak diketemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I dan II tetapi sudah ada gangguan pada faal ginjal.
Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan / kandung kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi metastase keluar panggul/ ketempat jauh lainnya. Proses sudah keluar dari panggul kecil atau sudah menginfiltrasi mukosa rectum dan/kandung kemih.
Telah terjadi penyebaran jauh.

E.     Tanda dan Gejala
     Tanda dan gejala stadium awal Ca. Serviks jarang terdeteksi. Pada tahap   lanjut, tanda dan gejalanya lebih jelas terlihat, diantaranya adalah:
§  perdarahan spontan
§  perdarahan saat defekasi keluhan
§  perdarahan berbau busuk yang khas
§  nyeri diatas pubis dan sekitar panggul
§  perdarahan yang dialami segera setelah coitus.
§  busuk dan tidak gatal.
§  keputihan yang purulen, berbau
§  anemia
§  cepat lelah
§  kehilangan berat badan

F.     Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan cytology dari cervical smears
b.      Schillers test
c.       Colposcopy
d.      Radioactive phosporus
e.       Enzyme test
f.       Biopsi pada cervik

G.    Pencegahan
a.       Personal hygiene yang baik, terutama daerah genetalia.
b.      Penggunaan obat yang terkontrol.
c.       Gaya hidup yang baik.
d.      Sirkumsisi bagi pasangan.
e.       Lingkungan yang baik.
f.       Pap smears/ servical smears. Untuk wanita yang aktif seksualitasnya satu tahun sekali, dan untuk wanita yang biasa mulai umur lebih dari 18 tahun tiap dua tahun sekali.

J. Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
2.      Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia pasca tindakan kemoterapi.
3.      Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian.
4.      Gangguan interaksi sosial berhungan dengan rasa malu sekunder bau busuk nekrosis jaringan cerviks.
5.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi.
6.      Ganguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi.

K. Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Nyeri b.d infiltrasi saraf akibat infiltrasi metastase neoplasma.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien akan mampu mengurangi rasa nyeri dengan kriteria hasil:
-          Pasien merasa nyaman.
-          Nyeri berkurang
-          Mampu mendemonstrasikan keterampilam relaksasi,
-          Kaji tingkat nyeri.

-          Berikan rasa nyaman pada pasien dengan pengaturan posisi dan aktivitas hiburan (musik).
-          Ajarkan teknik manajemen nyeri (relaksasi, visualisasi, distraksi).
-          Kolaborasi pemberian analgetik.
-          Untuk mengkaji data dasar.
-          Mengalihkan fokus perhatian.
-          Meningkatkan relaksasi untuk mengurangi nyeri.
-          Memungkinkan pasien berpartisipasi aktif dalam kontrol nyeri.
-          Kontrol nyeri maksimum.
Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia pasca tindakan kemoterapi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat tercukupi dengan kriteria hasil:
-          Pasien mengungkapkan pentingnya nutrisi.
-          Peningkatan BB progresif.
-          Pantau intake dan output makanan tiap hari.
-          Ukur BB tiap hari.
-          Dorong pasien untuk diet tinggi protein.
-          Identifikasi defisiensi nutrisi.
-          Memantau peningkatan BB.
-          Kebutuhan jaringan metabolik adekuat oleh nutrisi.
Ketakutan/cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan serta ancaman kematian
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ketakutan/ kecemasan berkurang sampai menghilang dengan kriteria hasil:
-          Pasien mendemonstrasikan koping efektif dalam pengobatan.
-          Pasien tampak rileks dan melaporkan cemas berkurang.
-          Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
-          Berikan lingkungan yang aman dan nyaman.
-          Komunikasi terapeutik dan kontak sering dengan pasien.
-          Bantu mengembangkan koping menghadapi rasa takutnya.
-          Memberikan kesempatan untuk mengungkapkan ketakutannya.
-          Membantu mengurangi kecemasan.
-          Meningkatkan kepercayaan pasien.

-          Meningkatkan kemampuan kontrol cemas.
Ganguan body image berhubungan dengan perubahan struktur tubuh sekunder terhadap kemoterapi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan body image dapat teratasi dengan kriteria hasil:
-          Pasien mampu mengembangkan mekanisme koping.
-          Pasien mampu memahami tentang perubahan struktur tubuh.
-          Diskusikan dengan pasien bagaimana pengobatan mempengaruhi kehidupan pasien.
-          Jelaskan bahwa tidak samping terjadi pada pasien.
-          Berikan dukungan emosi.

-          Gunakan sentuhan selama interaksi dan pertahankan kontak mata.
-          Membantu mengidentifikasi masalah untuk menemukan pemecahannya.

-          Membantu pasien untuk menyiapkan diri beradaptasi.
-          Membantu klien untuk percaya diri.
-          Meningkatkan kepercayaan diri pasien.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemoterapi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan integritas kulit dapat terjaga dengan kriteria hasil:
-          Pasien berpartisipasi dalam mencegah komplikasi.
-          Tidak terjadi kerusakan kulit.
-          Kaji kulit terhadap efek samping terapi kanker, observasi adanya kerusakan/perlambatan penyembuhan luka.
-          Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan.
-          Dorong pasien untuk menghindari menggaruk kulit.
-          Ubah posisi tubuh dengan sering.
-          Efek kemerahan dapat terjadi pada terapi radiasi.





-          Mempertahankan kebersihan kulit tanpa mengiritasi kulit.
-          Membantu menghindari trauma kulit.
-          Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekanan pada kulit.



































DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Marry H, Persis. (1999). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Smeltzer, G Bare.(2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah vol. 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Price, Sylvia A. (1995). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit edisi keempat buku kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar