Cari Blog Ini

Sabtu, 15 Januari 2011

ASKEP Klien dengan Gangguan Epistaksis

EPISTAKSIS



A. Definisi
Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu tanda atau keluhan bukan penyakit. Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang sangat menjengkelkan dan mengganggu, dan dapat pula mengancam nyawa. Faktor etiologi harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara efektif.
B. Etiologi dan Patofisiologi
Epistaksis (mimisan) pada anak-anak umumnya berasal dari little’s area/pleksus kiesselbach (gambar 3) yang berada pada dinding depan dari septum hidung.
Dua faktor yang paling penting dari epistaksis pada anak-anak adalah :
- Trauma minor : Mengorek-ngorek hidung, menggaruk, bersin, batuk atau mengedan, terlalu lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau ruangan berAC, terlalu lama terpapar sinar matahari dan membuang ingus terlalu kuat.
- Mukosa hidung yang rapuh : terdapat infeksi saluran napas atas, pengeringan mukosa, penggunaan steroid inhalasi melalui hidung
Penyebab epistaksis lainnya adalah adanya benda asing di dalam rongga hidung, polip hidung, kelainan darah, kelainan pembuluh darah dan tumor pada daerah nasofaring.
C. Tinjauan Keperawatan
PENGKAJIAN :
1. Biodata : Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan,,
2. Riwayat Penyakit sekarang :
3. Keluhan utama : biasanya penderita mengeluh sulit bernafas, tenggorokan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
            - Pasien pernah menderita penyakit akut dan perdarahan hidung atau trauma
            - Pernah mempunyai riwayat penyakit THT
            - Pernah menedrita sakit gigi geraham
5. Riwayat keluarga : Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang lalu yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
6. Riwayat spikososial
            a. Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas/sedih0
            b. Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

7. Pola fungsi kesehatan
            a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
                - Untuk mengurangi flu biasanya klien mengkonsumsi obat tanpa memperhatikan efek  samping
        b. Pola nutrisi dan metabolisme :
            - biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada hidung
        c. Pola istirahat dan tidur
            - selama inditasi klien merasa tidak dapat istirahat karena klien sering pilek
        d. Pola Persepsi dan konsep diri
            - klien sering pilek terus menerus dan berbau menyebabkan konsep diri menurun
        e. Pola sensorik
           - daya penciuman klien terganggu karena hidung buntu akibat pilek terus menerus    (baik purulen , serous, mukopurulen).
8. Pemeriksaan fisik
a. status kesehatan umum : keadaan umum , tanda vital, kesadaran.
b. Pemeriksaan fisik data focus hidung : rinuskopi (mukosa merah dan bengkak).
Data subyektif :
- Mengeluh badan lemas
Data Obyektif
- Perdarahan pada hidung/mengucur banyak
- Penurunan tekanan darah
- Peningkatan denyut nadi
- Anemia
D. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. PK : Perdarahan
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
3. Cemas
4. Nyeri Akut
E. Perncanaan Keperawatan
1. PK : Perdarahan
Tujuan : meminimalkan perdarahan
Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tanda vital normal, tidak anemis
INTERVENSI
- Monitor keadaan umum pasien
- Monitor tanda vital
- Monitor jumlah perdarahan psien
- Awasi jika terjadi anemia
- Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan perdarahan : pemberian transfusi, medikasi (Diagnosa NANDA,NIC,NOC).
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis







No.
Intervensi
Rasional
1
Mandiri
 Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif

 Penurunan bunyi nafas dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi sekret
 Sputum berdarah kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial

· Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea
 Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali kontraindikasi
 Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan
 Mencegah obstruksi/aspirasi
 Membantu pengenceran sekret
2
Kolaborasi
 Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator

 Mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus.

3. Cemas
Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
Kriteriahasil:
- Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya
- Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta pengobatannya.
No.
Intervensi
Rasional
1
 Kaji tingkat kecemasan klien
 Berikan kenyamanan dan ketentraman pada klien
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan, tenang seta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti
 Singkirkan stimulasi yang berlebihan misalnya :
- Tempatkan klien diruangan yang lebih tenang
- Batasi kontak dengan orang lain /klien lain yang kemungkinan mengalami kecemasan
 Observasi tanda-tanda vital.
 Menentukan tindakan selanjutnya
 Memudahkan penerimaan klien terhadap informasi yang diberikan
 Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit tersebut sehingga klien lebih kooperatif
 Dengan menghilangkan stimulus yang mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.
 Mengetahui perkembangan klien secara dini.
 Obat dapat menurunkan tingkat kecemasan klien
4. Nyeri Akut
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Kriteriahasil:
- Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
- Klien tidak menyeringai kesakitan




No.
Intervensi
Rasional
1
 Kaji tingkat nyeri klien
 Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
 Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
 Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien
 Kolaborasi dngan tim medis
- Terapi konservatif :
a. obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan hidung

 Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
 Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
 Klien mengetahui tehnik distraksi dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri
 Mengetahui keadaan umum dan perkembangan kondisi klien.
 Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri klien









DAFTAR PUSTAKA

1. Arif,Mansjoer, et al, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Media Aesculapius, Jakarta..
2. Balai Penerbit. FK. UI. 1998. Buku Ajar Penyakit THT. Gaya Baru. Jakarta
3. Doengoes, Marilyn, et al, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
4. Johnson. M. Maas. M. Moorhead. S. 2000. Nursing Outcome Classification(NOC). Mosby. Philadelpia
5. MC. Closky J. dan Bulaceck G. 2000. Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby. Philadelpia.

1 komentar:

  1. terimakasih buat artikelnya.. informasi yang sangat bermanfaat..

    http://tokoonlineobat.com/obat-penyakit-kanker-hati-alami/

    BalasHapus